SEJARAH PERKEMBANGAN PERIKLANAN
A. Pendahuluan
Norman Douglas, menurut Wilson(1989) pernah mengungkapkan bahwa anda dapat
berceritera banyak hal secara ideal tentang suatu bangsa kepada bangsa lain melalui iklan. Mengapa?
B. Sejarah Periklanan Dunia
1. Periklanan di
Jaman Mesopotamia
Iklan
sebagaimana yang terlihat sekarang sudah dikenal dalam peradaban bangsa-bangsa
Mesopotamia dan Babilonia kira-kira 3000
tahun sebelum masehi. Pada jaman ini para pedagang menyewa perahu dan mengutus pedagang keliling untuk
mengantar hasil-hasil produksi kepada
konsumen. Sistem pengedaran dilakukan dari rumah kerumah. Atau dengan
mengunakan “tukang teriak kota“.
Iklan awalnya disini mengunakan bentuk pesan berantai
disebut juga the word of mouth. Hal ini dilakukan untuk membantu kelancaran jual beli didalam masyarakat yang masih belum
mengenal huruf.
2. Periklanan di Jaman Yunani dan Romawi.
Kebiasaan berdagang door to door
masih terus dilakukan dan dipertahankan sebagai suatu system pemasaran di jaman
Yunani dalam perdagangan antar kota (polis)
. Kebiasaan itu juga terdapat di masyarakat Romawi.
Periklanan di Jaman Romawi nampaknya
lebih maju selangkah dari cara-cara yang dilakukan sebelumnya. Selain
kerena penyebaran informasi secara sepihak melalui pahatan pada dinding kota (relief) maka telah terjalin system pertukaran informasi secara cepat antara produsen dan konsumen. Keistimewaan system perdagangan di jaman romawi nampak karena mereka mulai mengarahkan pesan dan produk pada segmen pasar jelas karena segmen itu telah direncanakan terlebih dahulu.
kerena penyebaran informasi secara sepihak melalui pahatan pada dinding kota (relief) maka telah terjalin system pertukaran informasi secara cepat antara produsen dan konsumen. Keistimewaan system perdagangan di jaman romawi nampak karena mereka mulai mengarahkan pesan dan produk pada segmen pasar jelas karena segmen itu telah direncanakan terlebih dahulu.
Dimana pengantaran barang dilakukan setelah konsumen
dipersuasi dengan informasi tentang barang-barang tersebut.
Pada jaman Romawi ini pengunaan tanda , symbol atau papan nama juga mulai
banyak di pasang di toko-toko. Bukti ini
bisa dilihat dari stempel batu milik T. Vindaius Ariovertstus yang
isinya menjajakan “obat paling mujarab dan tidak terkalahkan” dengan merek
Chloron yang ditemukan di Inggris.
Penggunaan simbol diluar tempat usaha yang berupa iklan cetak disebut hoarding adalah cikal-bakal
penggunaan media luar ruang yang
dikenal saat ini.
3. Periklanan di jaman Pertengahan sampai abad 18
Menurut Bovee
(1986). Peralihan pesan-pesan iklan dari relief kota Pompei ke atas kertas
untuk pertama kalinya dilakukan di Cina di saat kertas ditemukan ( 1275).
Selanjutnya
dikembangkan dengan penemuan mesin cetak yang pertama kali oleh Guttenberg
di Mainz, Jerman (1455). Dimulailah penyebaran
pesan iklan melalui media cetak.
Iklan cetak pertama muncul di Inggris
tahun 1472, yaitu
berbentuk poster tentang terbitnya buku-buku doa gereja. Iklan
Siquis muncul di Inggris pada akhir abad 15. berupa iklan tempel (want ad / iklan cari). Iklan ini mengandung unsur frase “ Siapapun mengetahui” atau “siapapun yang menginginkan”. Surat kabar pertama terbit di London tahun 1650, surat kabar tersebut menggunakan cara-cara pemberitaan berbentuk iklan. Di Amerika serikat surat kabar yang pertama memasang iklan adalah Boston Newsletter pada tahun 1704. Benyamin Franklin dipandang sebagai orang AS pertama yang memperkaya informasi dari iklan dengan menambah suatu tekanan pada segi ilustrasi sehingga efek iklan makin kuat.
berbentuk poster tentang terbitnya buku-buku doa gereja. Iklan
Siquis muncul di Inggris pada akhir abad 15. berupa iklan tempel (want ad / iklan cari). Iklan ini mengandung unsur frase “ Siapapun mengetahui” atau “siapapun yang menginginkan”. Surat kabar pertama terbit di London tahun 1650, surat kabar tersebut menggunakan cara-cara pemberitaan berbentuk iklan. Di Amerika serikat surat kabar yang pertama memasang iklan adalah Boston Newsletter pada tahun 1704. Benyamin Franklin dipandang sebagai orang AS pertama yang memperkaya informasi dari iklan dengan menambah suatu tekanan pada segi ilustrasi sehingga efek iklan makin kuat.
Lembaga periklanan pertama di AS
didirikan oleh
Francis Ayer di Philadelphia pada tahun 1841. dengan nama N.W Ayer & Son. Periklanan yang ditata dengan cara bisnis modern baru dikenal tahun 1892 ketika N.W. Ayer mulai memperbaharui teknik penyampaian pesan untuk mempersuasi konsumen dengan merencanakan, menciptakan dan menjalankan kampanye iklan atas permintaan pengiklan.Pada tahun 1839, penemuan fotografi telah memberikan kemudahan dalam proses pembuatan iklan dan menambah kredibilitas dan dunia baru bagi kreativitas iklan.
Francis Ayer di Philadelphia pada tahun 1841. dengan nama N.W Ayer & Son. Periklanan yang ditata dengan cara bisnis modern baru dikenal tahun 1892 ketika N.W. Ayer mulai memperbaharui teknik penyampaian pesan untuk mempersuasi konsumen dengan merencanakan, menciptakan dan menjalankan kampanye iklan atas permintaan pengiklan.Pada tahun 1839, penemuan fotografi telah memberikan kemudahan dalam proses pembuatan iklan dan menambah kredibilitas dan dunia baru bagi kreativitas iklan.
Di AS selajutnya perkembangan
Periklanan media cetak surat kabar kemudian merambah pada media majalah, bulan
juli 1844 iklan majalah pertama secara khusus muncul dimajalah Southern
Messenger, di bawah arahan Edgar Allen Poe.
Munculnya teknologi komunikasi seperti telepon, telegraf dan juga film masa
periode ini membawa kemajuan tersendiri bagi
dunia periklanan.
4. Periklanan menjelang Abad 19 sampai tahun 1930.
Menjelang akhir abad 18 atau di awal abad ke 19 dunia umumnya mengalami
pertambahan penduduk khususnya pertambahan kemampuan membaca dan menulis
terutama tejadi di AS dan Eropa.
A.C.Nielsen, Daniel Strach, George Gallup
, mulai melakukan penelitian tentang hakekat periklanan dan keseluruhan
sistemnya serta mengumpulkan pendapat umum tentang seberapa jauh pengaruh iklan
terhadap khalayaknya.Pada era ini juga mulai ada perubahan dalam penggunaan
media dari media cetak kepenggunaan media
elektronik. Iklan radio mulai dikenal pada tanggal 2 November 1920 di Pittsburg, Pensylvania, Penggunaan televisi diperkenalkan pada tahun 1930-an maka J. Walter Thomson mulai menjajagi pemasangan iklan melalui layar kaca.
elektronik. Iklan radio mulai dikenal pada tanggal 2 November 1920 di Pittsburg, Pensylvania, Penggunaan televisi diperkenalkan pada tahun 1930-an maka J. Walter Thomson mulai menjajagi pemasangan iklan melalui layar kaca.
5. Periklanan Pasca Perang Dunai II.
Menurut Bovee perkembangan periklanan sesudah perang
dunia II sampai sekarang paling tidak terdiri dari tiga era. Era tersebut dipengaruhi perkembangan perekonomian dunia
pada jamannya sampai penghujung abad 20:
1. Era Unique Selling Proposition /USP.
2. Era the positioning
3. Era perhatian terhadap lingkungan ( Demarketing)
6. Era Global Interactive
Perkembangan teknologi baru diawal abad ke 21 membawa pengaruh yang besar
bagi dunia periklanan. Televisi kabel dan satelit penerima memungkinkan orang
untuk menonton saluran televisi yang
memiliki program spesifik.
Penggunaan televisi kabel menjadikan televisi berubah dari media yang
memliki jangkauan yang luas ke penggunaan jangkauan yang lebih khusus.
Teknologi komputer juga memberikan pengaruh yang besar bagi dunia periklanan dengan menggunakan internet dalam menjangkau
konsumen yang potensial. Sifat interaktif dari internet memungkinkan
konsumen untuk mencari informasi produk yang mereka
inginkan.
inginkan.
C. POSISI IKLAN DAN KAPITALISME
Perkembangan revolusi industri di eropa abad ke 18, mengarah kepada pengelolaan industri untuk memperoleh laba. Barang tidak lagi diproduksi untuk
kebutuhan subsisten tetapi untuk mendapatkan laba sebanyak mungkin dari
penjualan di pasar. Cara produksi kapitalis menggantikan cara produksi
subsisten yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga. Semangat kapitalime ini sebenarnya sudah muncul pada abad 12
dan 13, dimana istilah capital muncul pertama kali waktu itu yang mengandung
arti dana, penyedian barang,
sejumlah uang dan bunga uang pinjaman. Kata kapital
dikutip dari khotbah pendeta dari Siena yaitu st Bernandino (1380-1444) “ bahwa biasanya sebab utama dari
kemakmuran adalah kapital)
Berangkat dari pandangan bahwa kapital akan membawa kemakmuran ini maka
bisa dipahami bahwa kegiatan menimbun
barang, mencari bunga uang pinjaman maupun menumpuk uang, dilakukan
dengan sengaja dengan semangat untuk mendapatkan keuntungan. Kemakmuran
dipahami dengan cara melakukan akumulasi barang maupun uang.
Studi Max Weber tentang etika protestan dan semangat kapitalisme, bahwa pola hidup asketis dari sekte
calvinisme agama protestan-lah yang
menopang semangat akumulasi kapital. Dalam ajaran calvinisme akumulasi
kapital dianggap sebagai pengumpulan kemakmuran bagi keagungan Tuhan bukan
untuk kemewahan duniawi. Hal ini memungkinkannya transisi dari feodalisme
menuju kapitalisme.
Dalam situasi kapitalisme mengahadapi masalah realisasi dikonsumsinya
sejumlah besar barang yang telah diproduksi secara masal. Jika kapitalisme
tidak mampu mengatasi hal tersebut maka
kapitalisme akan runtuh. Oleh karena itu kelimpahan barang dipasaran
perlu diimbangi dengan konsumsi yang sifatnya masal pula. Untuk itu menurut Galbraith dibutuhan adanya demand
management. Salah satu cara untuk menstimulasi demand adalah melalui
publikasi massif dan dalam hal ini iklan menjadi satu elemen yang penting.
Iklan adalah alat untuk menginformasikan tentang suatu barang maksudnya agar
masyarakt tergerak hatinya membeli barang tersebut dengan demikian terjadi
keseimbangan antara produksi dan konsumsi
sehingga pasar tetap aman.
Menurut Konig, Iklan adalah satu bentuk informasi yang memberikan
barita-berita yang up to date kepada konsumen mengenai komoditi-komoditi dan
dorongan-dorongan kebutuhan tertentu yang bertujuan untuk menjaga tingkat produksi.
Menurut Stuart Ewen, iklan sebagai captain of industry yaitu mengamankan
bagian pasar dengan cara mengorganisir dan mengontrol selera dan prilaku masyarakat.
Situasi melimpahnya barang konsumsi di pasar menurut Stuart Ewen disebut
sebagai a continually responsive consumer marketing, dalam hal ini terjadi
pergeseran dimana konsumen yang tadinya mencari barang dengan kualitas yang
bisa dipercaya kini pabrik barang-baranglah yang
mencari konsumen.
Bahwa pabrik tidak hanya harus memproduksi barang tapi
juga
memproduksi konsumen yang akan membeli barang tersebut.
Dalam hal ini iklan menjadi sarana utama, dimana iklan bertugas
menciptakan hasrat dalam diri konsumen,
menyarankan konsumen bahwa ada yang kurang dalam hubungan mereka dengan orang lain dan menawarkan produk sebagai jawabannya. Disinilah dapat dipahami ajaran calvinisme bahwa kapitalisme harus mampu mengatasi sikap-sikap tradisional dan mengedepankan
menyarankan konsumen bahwa ada yang kurang dalam hubungan mereka dengan orang lain dan menawarkan produk sebagai jawabannya. Disinilah dapat dipahami ajaran calvinisme bahwa kapitalisme harus mampu mengatasi sikap-sikap tradisional dan mengedepankan
rasionalitas tercermin jelas dalam iklan. Iklan menggeser sikap hemat,
sederhana menjadi hidup yang hedonis dan mengutamakan belanja. Iklan memberikan
rasionalisasi yang membenarkan orang untuk tidak sayang mengeluarkan banyak
uang dalam berbelanja. Belanja
bukan lagi sesuatu yang harus dibatasi tetapi justru harus diekspresikan semaksimal mungkin.
bukan lagi sesuatu yang harus dibatasi tetapi justru harus diekspresikan semaksimal mungkin.
Dalam perkembangan selanjutnya, perkembangan psikologis mulai diterapkan
dalam kegiatan periklanan sehingga mampu menggugah minat dan emosi masyarakat
untuk mencari kepuasan dengan cara mengkonsumsi barang. Dalam hal ini iklan
sebagai captain of industri bergeser menjadi captain of consciousness. Melalui
citra-citra yang diciptakannya, iklan
diharapkan mampu mengubah perilaku seseorang, menciptakan permintaan
konsumen dan juga mampu membujuk orang agar berpartisipasi didalam kegiatan
konsumsi yang pada akhirnya memproduksi masyarakat
konsumen. Iklan menciptakan
aktor-aktor yang terus merasa ketakutan dalam interaksi individu dengan
sosialnya dan hanya iklan akan bisa mengatasi ketakutannya dengan membeli produknya. Iklan mengklaim ini juga sebagai
sarana untuk
menyediakan budaya universal yang mampu mengatasi perbedaan sosial. Produk
yang ditayangkan diklaim untuk mengkontruksi sebuah bangsa sebagai sebuah
entitas homogen secara kultural meskipun pada kenyataanya multikultural. Jika semuanya adalah konsumen dari
produk yang sama maka secara kultural mereka adalah sama,tidak peduli darimana mereka berasal.
D. PERKEMBANGAN
PERIKLANAN DI INDONESIA
Iklan pertama-tama ada di Indonesia merupakan warisan dari pemerintah Belanda. Sejarah periklanan di
Indonesia sama tuanya dengan sejarah press. Mengenai istilah iklan
sendiri idenya muncul dari Soedardjo Cokrosisworo (1951), Istilah iklan yang kita
pakai saaat ini adalah diambil dari istilah belanda
yaitu advertentie, bahasa inggrisnya advertising.
Iklan mulai diperkenalkan di Indonesia oleh Jan
Pieterzoen Coen pendiri Batavia dan Gubernur jenderal Belanda tahun 1619-1629. J P
Coen menulis surat dengan judul Memorie de Nouvelles, yang merupakan refleksi
naluri bersaing rempah-rempah antara
Belanda dengan Portugis di Ambon
Apa yang ditulis oleh JP Coen dimuat surat kabar pertama di Hindia Belanda
tahun 1744 yaitu Batavia Nouvelles. Koran pada saat itu semua ditulis dengan tangan.
Di masa penjajahan semua advertensi atau pengumuman pemerintah dijalankan
oleh dua biro advertensi yaitu Biro “ de Lamar” khusus menangani penyiaran bagi
surat kabar belanda,dan “Balai Pustaka” mengurus pemberitaan khusus mengenai bangsa Indonesia.
Pada tahun 1855, Surat kabar kedua
terbit di Surakarta, berbahasa jawa dengan nama “BROMARTANI”. Di terbitkan oleh
Harteveld. Dalam sebuah kolomnya surat kabar ini menulis. “HARGA IKLAN SEBARIS
ENAM POELOEH DOEIT ( ATAU LIMA POELOEH SEN;
TIGA DOEIT = sebengol/segobang).
Surat kabar lainnya adalah “Soerat
Kabar Melayu” diterbitkan di kota Surabaya dan penerbitnya E. Fuhri. Surat
khabar yang lain adalah “Soerat Chabar Betawie” diterbitkan oleh Lange &
Co. di kota Betawi. Dalam surat kabar
tersebut tertulis :
“ Segala pemberitaan jang dimasok-ie
di ieni soerat
kabar harganya 60 doewit tiap-tiap 5 perkataan, dengan
oelangan tiap-tiap 5 perkataan 30 doewit, lain lagie dari oewang tjap kompenie.”
Di Indonesia penyiaran iklan-iklan komersial melalui radio baru dimulai pada tahun 1968 yang disiarkan
lewat Radio Republik Indonesia
Sampai awal tahun 1970-an,
pesan-pesan iklan cenderung panjang-panjang dan mendominasi teks iklan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan banyak produk
yang masih belum dikenal.
Barulah diakhir tahun 1970-an
presentasi iklan Indonesia mulai berkembang
seiring dengan perkembangan media dan teknologi.
Naskah atau copy iklan dan juga visualisasi mulai dipikirkan dengan baik. Pada periode ini
mulai muncul dan berkembang simbolisasi dan
personifikasi mendominasi presentasi Iklan di Indonesia.
Pada tahun 1980-an, iklan Indonesia
tidak lagi hanya menerapkan pendekatan demografis dalam mendekati audiens.
Pendekatan Psikografis juga mulai diterapkan dimana citra-citra yang
dihubungkan dengan gaya hidup atau life
style mulai mendominasi presentasi iklan termasuk gaya bahasa yang digunakannya.
Di tahun 1990-an, simbolisasi dan
pencitraan semakin mendominasi teks iklan, didukung oleh perkembangan media
maupun teknologi dalam menciptakan kreatif iklan. Bahasa gambar atau visiualisasi dalam era ini mendominasi teks iklan.
Perkembangan iklan di Indonesia
banyak didukung kemudian oleh berdirinya stasiun televisi swasta dan juga
dengan SK MENPEN No. 111/90 yang mengharuskan iklan-iklan yang ditayangkan di
televisi adalah iklan yang diproduksi di dalam negeri dan oleh orang Indonesia
dunia periklanan di Indonesia semakin ramai
dengan upaya untuk menampilkan gaya periklanan yang khas Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2007 tentang. Penggunaan Sumber Daya
Dalam Negeri untuk Produk Iklan yang
Disiarkan Melalui Lembaga Penyiaran.
Perkembangan Industri periklanan dari tahun ketahun mengalami fluktuasi seiring dengan dinamika pertumbuhan ekonomi
di Indonesia namun dari data yang ada menunjukkan
perkembangan kearah yang positif.
Pengembangan
iklan dengan gaya khas indonesia pun terus dilakukan
seiring dengan berkembangnya Industri periklanan. Gaya khas iklan Indonesia ini
dibagun melalui tiga hal yaitu fisik, karakter dan gaya atau style. Pengambaran fisik yang khas indonesia
dilakukan dengan mengacu pada fisik produk maupun segmentasi geografis dan
demografis khalayak sasaran produk, misal fisik orang indonesia, atau wilayah. Karakter bisa ditinjau dari segmentasi
psikografis mis. Wanita eksekutif Indonesia sedangkan gaya atau style bisa
dilihat dari gaya busana, logat
bahasa yang digunakan. Namun gaya periklanan tersebut tetap tidak bisa terlepas
dari perkembangan periklanan global.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya biro-biro iklan dunia yang ikut
bermain di Indonesia dengan menggarap produk-produk multinasional. Kehadiran
biro iklan dunia ini bisa memberikan
dampak positif jika bisabekerjasama dengan biro iklan lokal dalam membuat suatu kreatif iklan. Kehadiran biro iklan
dunia ini bisa memberikan dampak positif jika bisa bekerjasama dengan biro
iklan lokal dalam membuat suatu kreatif iklan. Kehadiran biro iklan dunia juga bisa memberikan kontribusi positif
dalanm hal pengembangan komunikasi periklanan yang baik dan juga strategi kampanye global atau internasional.
Lembaga-lembaga yang terkait dalam profesi periklanan di Indonesia antara lain adalah :
ATVSI = Asosiasi Televisi Swasta Indonesia
PPPI = Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia
ASPINDO = Assosisi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan
Indonesia
BPMN/SPS = Serikat Penerbit Surat Kabar
PRSSNI = Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia
GPBSI = Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia
Y.TVRI = Yayasan Televisi Republik Indonesia
APFII = Assosiasi Pekerja Film Iklan Indonesia
Komentar
Posting Komentar